Mengatasi Insomnia dengan Terapi Cahaya, Apakah Bisa?

Punya masalah tidur bisa sangat mengganggu. Salah satu terapi yang dapat membantu mengatasi insomnia adalah terapi cahaya. Nah, terapi cahaya ini dinilai dapat membantu menormalkan kembali jam biologis tubuh kita yang telah rusak. Benarkah demikian?

Kurang tidur bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Bukan hanya kelelahan atau kurang fokus, kurang tidur dapat memicu risiko gangguan kesehatan yang serius seperti tekanan darah tinggi, obesitas, hingga depresi.

Insomnia membuat penderitanya sulit tidur atau sering terbangun di tengah malam. Sebab utamanya ada berbagai faktor, mulai dari stres, gaya hidup tidak sehat, hingga efek samping obat-obatan tertentu. Jika dibiarkan saja tanpa penanganan, insomnia dapat memperburuk kualitas hidup penderitanya.

Insomnia Bisa Teratasi dengan Terapi Cahaya?

Insomnia Terapi Cahaya

Jam biologis tubuh kita, atau istilahnya ritme sirkadian, memainkan peran penting dalam menentukan kapan kita merasa mengantuk, kapan harus bangun tidur, hingga waktu makan sekali pun. Siklus ini mengikuti pola 24 jam yang sesuai dengan pergerakan matahari.

Nah, terapi cahaya atau fototerapi ini, adalah salah satu metode terapi yang menggunakan cahaya buatan untuk membantu mengatur pola tidur dan memperbaiki kualitas tidur. Tujuan terapi ini adalah untuk mengatur siklus tidur dengan memperbaiki ritme sirkadian penderitanya.

Terapi ini menggunakan kotak lampu khusus dengan cara memancarkan cahaya terang yang menyerupai sinar matahari, tetapi tanpa sinar UV berbahaya. Sinar tersebut akan membantu menstimulasi hormon di dalam tubuh. Fototerapi umumnya dilakukan di pagi hari dengan durasi sekitar 20 hingga 40 menit per sesi.

Selama terapi cahaya, menurut penelitian yang terbit dalam jurnal Neuropsychobiology, sel-sel di retina mata akan menangkap cahaya buatan yang terpancar dari kotak terapi ini dan memengaruhi produksi melatonin dan serotonin di otak.

Melatonin adalah hormon yang membantu penderita merasa kantuk, sementara serotonin berperan penting dalam meningkatkan suasana hati. Cahaya yang mengenai retina menunda produksi melatonin, membuat penderita lebih mudah terjaga di pagi hari dan dapat mempersiapkan tubuh untuk tidur pada malam hari.

Akibat ritme sirkadian yang terganggu, jam biologis penderita insomnia hampir seperti berjalan lebih lambat dari yang seharusnya. Menurut peneliti di dalam Sleep Medicine Clinics, cahaya adalah isyarat terkuat untuk melatih ritme sirkadian. Jika insomnia timbul akibat siklus tidur yang rusak, terapi cahaya tentu dapat membantu.

Prosedur Terapi Cahaya untuk Insomnia

Ilustrasi Terapi Cahaya

Terapi cahaya sebetulnya mudah dilakukan. Namun, sebaiknya konsultasikan dulu kepada ahlinya. Untuk melakukan prosedur terapi, nantinya penderita insomnia hanya perlu duduk di depan kotak cahaya selama periode waktu tertentu setiap hari.

Biasanya, kotak cahaya memiliki intensitas sekitar 10.000 lux dengan posisi jarak sejauh 40 hingga 60 cm dari wajah. Dengan intensitas ini, satu sesi terapi berlangsung sekitar 20 hingga 40 menit. Jika memakai intensitas cahaya lebih rendah, sesi yang dibutuhkan juga akan semakin panjang.

Secara konsisten dan sesuai petunjuk, terapi ini dapat membantu mengatur kembali jam tidur yang terganggu. Hasilnya, penderita akan lebih mudah tertidur pada malam hari atau bangun lebih segar di pagi hari.

Pada kasus insomnia yang tidak terlalu parah, penderita juga bisa mencoba terapi cahaya secara alami. Seperti konsisten bangun pagi dan mencoba beraktivitas di luar ruangan dengan paparan cahaya matahari langsung. Misalnya, berjalan di depan rumah atau duduk di bangku taman saat cahaya pagi sedang bersinar.

Selain fototerapi, obat-obatan juga masih menjadi primadona dalam terapi insomnia. Salah satunya Herba TDR, terbuat dari Centella asiatica, Myristica fragrans, hingga Curcuma xanthorrhiza, komposisi ini secara empiris dan ilmiah terbukti memiliki manfaat untuk meredakan gangguan insomnia dari sumbernya.

Produk Herba TDR

IKUTI UPDATE

Masukkan email Anda untuk mengikuti.