Butuh Bantuan?
Alasan Kenapa Cewek Lebih Gampang Terkena Insomnia

Kalian cewek dan sering merasa sulit tidur, terbangun di tengah malam, atau merasa tidak segar meski sudah tidur cukup? Jika iya, kalian tidak sendiri. Faktanya, cewek memang cenderung lebih gampang terkena gangguan tidur, seperti insomnia, dibandingkan pria.
Insomnia di sini bukan cuma sekedar tidak bisa tidur biasa, ya. Melainkan kondisi serius yang bisa saja mengganggu kehidupan kita secara menyeluruh, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Artikel ini akan coba membahas kenapa cewek lebih rentan insomnia!
Pengertian Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang biasanya ditandai dengan kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun di malam hari, bangun terlalu pagi, atau tidak merasa segar setelah tidur. Tidur adalah kebutuhan setiap orang, gangguan tidur tentu memiliki efek negatif.
Akibatnya, penderita insomnia bisa mengalami kelelahan di siang hari, suasana hati yang mudah berubah, gangguan konsentrasi, hingga penurunan produktivitas. Kasus ini bisa bersifat akut (berlangsung beberapa hari atau minggu) maupun kronis (berlangsung lebih dari satu bulan).
Kenapa Cewek Lebih Gampang Terkena Insomnia?
Beberapa studi dan laporan medis menunjukkan bahwa perubahan hormonal, kondisi biologis, serta tekanan psikososial adalah penyebab utama mengapa cewek lebih mudah mengalami insomnia. Menurut Sleep Foundation, berikut adalah beberapa penyebabnya.
1. Fluktuasi Hormon saat Menstruasi
Menstruasi adalah hal biologis rutin yang terjadi pada setiap wanita. Siklus menstruasi bulanan menyebabkan perubahan pada kadar hormon estrogen dan progesteron, yang ternyata juga berdampak pada pola tidur. Kondisi ini disebut bisa mengurangi durasi wanita untuk tidur nyenyak.
Pada fase luteal, beberapa orang mengalami gejala PMS seperti kram, sakit kepala, dan perubahan mood yang mengganggu kenyamanan tidur. Sebagian yang mengalami Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) juga lebih berisiko terkena insomnia berat, karena perubahan ini turut memengaruhi hormon melatonin.
2. Kehamilan
Trimester ketiga sering menjadi fase paling berat untuk tidur nyenyak bagi ibu hamil. Ukuran perut yang semakin besar, sering buang air kecil di malam hari, perasaan khawatir akan persalinan diduga menjadi penyebabnya.
Selain itu, seorang ibu hamil biasanya mengalami sindrom kaki gelisah dan obstructive sleep apnea yang menjadi penyebab insomnia di semua kalangan gender. Kondisi ini semakin diperparah dengan ketidakseimbangan hormon.
3. Perimenopause & Menopause
Fase perimenopause (sebelum menopause) dan menopause adalah masa transisi besar dalam hidup seorang wanita. Ia akan lebih sering mengalami gejala hot flashes (sensasi panas mendadak), berkeringat saat malam, hingga perubahan mood secara tiba-tiba.
Semuanya bisa mengganggu ritme tidur. Selain itu, penurunan produksi hormon estrogen pada fase ini, secara langsung menyebabkan penurunan kualitas tidur. Kadang, wanita juga bisa terkena beberapa gejala gangguan tidur lain sekaligus, seperti sleep apnea dan depresi.
4. Stres, Cemas, dan Gangguan Mood
Wanita cenderung memiliki respons emosional yang lebih intens terhadap tekanan hidup, terutama yang berkaitan dengan peran gandanya sebagai ibu, istri, pekerja, dan pengelola rumah tangga. Terlebih, jika orang terdekat tidak suportif.
Kondisi tersebut bisa membuat wanita rentan stres berkepanjangan, cemas, dan depresi. Stres dan gangguan suasana hati memiliki hubungan dua arah dengan insomnia, stres menyebabkan sulit tidur, dan kurang tidur juga bisa memperburuk stres.
5. Perubahan Jam Biologis
Ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, berfungsi mengatur kapan waktu untuk tidur dan kapan waktu untuk bangun. Penelitian menyebutkan bahwa wanita cenderung memiliki fase tidur yang lebih awal daripada pria.
Namun, tekanan pekerjaan, tugas rumah tangga, dan beban mental membuat wanita sering mengabaikan sinyal alami tubuh ini, yang akhirnya menyebabkan gangguan ritme sirkadian dan memicu insomnia kronis. Kondisi ini bisa terjadi ketika jam tidur sudah berantakan.
6. Obat, Kafein, dan Nikotin
Beberapa obat yang lazim dikonsumsi cewek bisa membuat mereka gampang terkena insomnia. Obat seperti anti-depresan, anti-hipertensi, obat asma, hingga obat alergi memiliki efek samping yang kurang baik untuk tidur wanita. Beberapa obat bahkan bisa mengganggu produksi hormon melatonin.
Selain itu, pada wanita pekerja, mungkin merasa perlu menjaga energi dengan mengonsumsi kopi, teh, cokelat, atau bahkan merokok. Padahal, keduanya bisa menunda rasa kantuk, menstimulasi denyut jantung sehingga tubuh tetap terjaga.
Mencegah dan Mengatasi Insomnia
Jika insomnia timbul karena penyebab sementara, seperti capek, jadwal tidur terganggu, atau jetlag, insomnia akan membaik dengan sendiri seiring waktu atau dengan bantuan suplemen kesehatan. Namun, jika insomnia terjadi jangka panjang, ada baiknya melakukan diagnosis ke dokter.
Dokter biasanya akan memberikan terapi perilaku kognitif, obat tidur, atau penanganan pendukung jika insomnia timbul akibat menopause, kehamilan, atau gangguan psikologis. Selain pengobatan, ada beberapa cara alami yang bisa dilakukan!
- Tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, termasuk di akhir pekan.
- Batasi tidur siang, maksimal 20-30 menit, dan hindari tidur sore menjelang malam.
- Ciptakan ritual malam hari, seperti mandi air hangat, membaca buku, atau menyemprotkan aroma lavender di kamar.
- Hindari layar gadget satu jam sebelum tidur untuk mengurangi paparan cahaya biru.
- Konsumsi makanan sehat dan olahraga ringan secara rutin.
- Ciptakan suasana kamar yang nyaman, gelap, dan sejuk.
- Kurangi kafein dan makanan berat di malam hari.
Untuk mempercepat pemulihan insomnia, penderita juga bisa memanfaatkan suplemen herbal Herba TDR. Diformulasi dari Centella asiatica dan Myristica fragrans, terbukti secara empiris mampu meringankan gangguan tidur, menenangkan saraf, meredakan capek, dan menjaga daya tahan tubuh.